Rabu, 24 April 2013

Latar Belakang Historis Adanya Psikologi Pendidikan


Bidang psikologi pendidikan didirikan oleh beberapa perintis bidang psikologi sebelumawal abad ke-20. Ada tiga perintis terkemuka yag muncul di awal sejarah psikologi pendidikan[1].
William james. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang pertama, Principles Of Psychology (1890), willima James (1842-1910) memberikan serangkai kuliah yang berjatuk “Talks to teachers” (1899/1993). Dalam kuliah ini dia mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. James mengatakan bahwa eksperimen psikologi dilaboratorium seringkali tidak bisa menjelakan kepada kita bagaimana cara mengajar anak secara efektif. Dia menegaskan pentingnya mempelajari proses belajar dan mengajar dikelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi di ats tingkat pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.
John Dewey, tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidian adalah John dewey (1859-1952). Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi di tingkat praktis. Dewey membangun laburatorium psikologi pendidikan pertama di AS, di universitas Chicago, pada tahun 1894. Kemudian, di columbia University, dia melanjutkan karya inovatifnya tersebut. Kita banyak mendapat ide penting dari john dewey  (Glassman, 2001, 2002). Pertama, dari dewey kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif (active learner). Sebelum Dewey mengemukakan pandangan ini ada keyakinan bahwa anak anak menstinya dudk diam di kursi mereka dan mendengarkan pelajaran secara pasif dan sopan. Sebaliknya, dewey percaya bahwa anak anak akan belajar jadi lebih baik jika mereka aktif. Kedua, dari dewey kita mendapatkan ide bahwa pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Dewey percaya bahwa anak anak seharusnya tidak hanya mendapat pelajaran akademik saja, tetapi juga harus diajari cara untuk berpikir dan beradaptasi dengan dunia diluar sekolah. Dia secara khusus berpendapat bahwa anak anak harus belajar agar mampu memecahkan masalah secara reflektif. Ketiga, dari dewey kita mendapat gagasan bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya. Cita cita demokratis ini pada masa pertangahan abad ke-19 belum muncul, sebab saat itu pendidikan hanya diberikan pada sebagian kecil anak, terutama anak keluarga kaya. Dewey adalah salah seorang psikolog yang sangat berperangaruh - seorang pendidik yang mendukung pendidikan yang layak bagi semua anak, lelaki maupun perempuan, dari semua lapisan sosial-ekonomi dan etnis.
E.L. Thorndike, perintis ketiga adalah E.L. thorndike (1874-1949), yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran dasar dasar  belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan mengajar secara ilmiah (beatty, 1998). Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran (O’donnel & levin, 2001).


[1] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan edisi 2  diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S. ( Jakarta : Prenada Media Group, 2011). Hlm 4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar