BAB
I
Pengertian
Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik,
Taktik, dan Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa
istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung
untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini
akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah
ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan
Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan
mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan
utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur
(criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
1.
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan
pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.
Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan
pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.
Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum
ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp
(Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan
of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode
pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian,teknik
pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang
dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan
metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan
penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang
siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal
ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Sementara taktik
pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan,
strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi
satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas
oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai
dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce
Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari
masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar
istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum
dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan
pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang
akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah
konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang
sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak
ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk
kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon
guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk
pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di
atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi
nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega,
1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung:
FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan
Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)
=============================
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN PAKEM
Posted
on November 12, 2011
Pakem
yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan
paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya.
- Pertama,
proses Interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan
siswa, multimedia, referensi, lingkungan dsb).
- Kedua,
proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka
dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui
simulasi role-play).
- Ketiga,
proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang
mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan).
- Keempat,
proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera
mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan atau wawancara)
PAKEM
adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengerjakan
kegiatan yang beragam untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan
penekanan kepada belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
A. ALASAN
PENERAPAN PAKEM
PAKEM
diterapkan dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pembelajaran model
konvensional dinilai menjemukan, kurang menarik bagi para peserta didik sehingga
berakibat kurang optimalnya penguasaan materi bagi peserta didik.
Sedangkan
PAKEM memungkinkan peserta didik mengejakan kegiatan yang beragam untuk
mengembangkan keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar
termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan
dan efektif.
B. CIRI-CIRI
/ KARAKTERISTIK PAKEM
Ciri-ciri/karakteristik
PAKEM adalah:
a.
Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik
b.
Mendorong kreativitas peserta didik &guru
c.
Pembelajarannya efektif
d.
Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik
C. PRINSIP
PAKEM
A. Mengalami:
peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional
B. Komunikasi:
kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan
peserta diidik
C. Interaksi:
kegiatan pembelajarannyaa memungkinkan terjadinya interaksi multi arah
Refkesi:
kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang
telah dilakuka
D.
JENIS PENILAIAN SESUAI DENGAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM
1. Penilaian yang
sesuai dengan pembelajaran model Pakem adalah penilaian otentik yang merupakan
proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai
2. Bentuk penilaian tes
dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk
penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap,ceklis,kuesioner,studikasus,danportofolio
3. Dalam pembelajaran,
dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh
seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut
memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan.
E.
TUJUAN PENILAIAN PEMBELAJARAN MODEL PAKEM
1. Menilai
kemampuan individual melalui tugas tertentu
2. Menentukan
kebutuhan pembelajaran
3. Membantu
dan mendorong siswa
4. Membantu
dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik
5. Menentukan
strategi pembelajaran
6. Akuntabilitas
lembaga
7. Meningkatkan kualitas
pendidikan
KELEBIHAN PAKEM
- Pakem merupakan pembelajaran yang
mengembangkan kecakapan hidup
- Dalam pakem siswa belajar bekerja
sama
- Pakem mendorong siswa menghasilkan
karya kreatif
- Pakem mendorong siswa untuk terus
maju mencapai sukses
- Pakem menghargai potensi semua
siswa
- Program untuk meningkatkat pakem
disekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya
KEKURANGAN
PAKEM
- Perbedaan individual siswa belum
diperhatikan termasuk laki-laki / perempuan, pintar/kurang
pintar,social,ekonomi tinggi/rendah
- Pembelajaran belum membelajarkan
kecakapan hidup
- Pengelompokan siswa masih dari segi
pengaturan tempat duduk,kegiatan yang dilakukan siswa sering kali belum
mencerminkan belajar kooperatif yang benar
- Guru belum memperoleh kesempatan
menyaksikan pembelajaran pakem yang baik
- Pajangan sering menampilkan hasil
kerja siswa yang cenderung seragam
- Pembelajaran masih sering berupa
pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian besar pertanyaanya
bersifat tertutup
BAB III
Model Pembelajaran Langsung
(Direct Instruction)
Posted
on 27 Januari 2011
1.
Apa Model Pembelajaran Langsung itu?

2.
Bagaimana Tahapan Model Pembelajaran?
Tahapan
atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:
§ Orientasi. Sebelum menyajikan
dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan
kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan.
Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui
pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan
penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan
materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama
pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.
§ Presentasi. Pada fase ini guru
dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam
langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif
pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja
terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
§ Latihan terstruktur.
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru
yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa
dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon
siswa yang salah.
§ Latihan terbimbing. Pada fase ini
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau
keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk
mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran
guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan.
§ Latihan mandiri. Pada fase
ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui
siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase
bimbingan latihan.
Di
lain pihak, Slavin (2003) mengemukakan tujuh langkah dalam sintaks pembelajaran
langsung, yaitu sebagai berikut.
§ Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi
pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru
menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang
diharapkan.
§ Me-review
pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan
pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai
siswa.
§ Menyampaikan materi pelajaran. Dalam
fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan
contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya.
§ Melaksanakan bimbingan.
Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai
tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
§ Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan
informasi baru secara individu atau kelompok.
§ Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru
memberikan reviu terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan
balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.
§ Memberikan latihan mandiri. Dalam
tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
3.
Pada situasi apa Pembelajaran Langsung dapat digunakan?
Beberapa
situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran:
- Ketika guru ingin mengenalkan suatu
bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan
mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara
konsep-konsep tersebut.
- Ketika guru ingin mengajari siswa
suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan
pasti.
- Ketika guru ingin memastikan bahwa
siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan
dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian
masalah (problem solving).
- Ketika guru ingin menunjukkan sikap
dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu
argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide
tidak selalu berujung pada jawaban yang logis)
- Ketika subjek pembelajaran yang
akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan,
pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
- Ketika guru ingin menumbuhkan
ketertarikan siswa akan suatu topik.
- Ketika guru harus menunjukkan
teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu
kegiatan praktik.
- Ketika guru ingin menyampaikan
kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran kelompok atau independen.
- Ketika para siswa menghadapi
kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat
terstruktur.
- Ketika lingkungan mengajar tidak
sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika guru tidak
memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.
4.
Kelebihan dan Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Kelebihan
model pembelajaran langsung:
- Dengan model pembelajaran langsung,
guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh
siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa.
- Dapat diterapkan secara efektif
dalam kelas yang besar maupun kecil.
- Dapat digunakan untuk menekankan
poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa
sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
- Dapat menjadi cara yang efektif
untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat
terstruktur.
- Merupakan cara yang paling efektif
untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit
kepada siswa yang berprestasi rendah.
- Dapat menjadi cara untuk
menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relatif singkat yang
dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.
- Memungkinkan guru untuk
menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui
presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan dan
antusiasme siswa.
- Ceramah merupakan cara yang
bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka
membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan
menafsirkan informasi.
- Secara umum, ceramah adalah cara
yang paling memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang tidak mengancam
dan bebas stres bagi siswa. Para siswa yang pemalu, tidak percaya diri,
dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup tidak merasa dipaksa dan
berpartisipasi dan dipermalukan.
- Model pembelajaran langsung dapat
digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu.
Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati,
bagaimana informasi dianalisis, dan bagaimana suatu pengetahuan
dihasilkan.
- Pengajaran yang eksplisit membekali
siswa dengan ”cara-cara disipliner dalam memandang dunia (dan) dengan
menggunakan perspektif-perspektif alternatif” yang menyadarkan siswa akan
keterbatasan perspektif yang inheren dalam pemikiran sehari-hari.
- Model pembelajaran langsung yang
menekankan kegiatan mendengar (misalnya ceramah) dan mengamati (misalnya
demonstrasi) dapat membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
- Ceramah dapat bermanfaat untuk
menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa,
termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.
- Model pembelajaran langsung
(terutama demonstrasi) dapat memberi siswa tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat di antara teori (yang
seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang mereka lihat).
- Demonstrasi memungkinkan siswa
untuk berkonsentrasi pada hasil-hasil dari suatu tugas dan bukan
teknik-teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa
tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas
tersebut.
- Siswa yang tidak dapat mengarahkan
diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung
digunakan secara efektif.
- Model pembelajaran langsung
bergantung pada kemampuan refleksi guru sehingga guru dapat
terus menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung:
- Model pembelajaran langsung
bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilasikan informasi melalui
kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat. Karena tidak semua siswa
memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, guru masih harus
mengajarkannya kepada siswa.
- Dalam model pembelajaran langsung,
sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal,
tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
- Karena siswa hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
- Karena guru memainkan peran pusat
dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada
image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri,
antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan
perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat.
- Terdapat beberapa bukti penelitian
bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan
pembelajaran, yang menjadi karakteristik model pembelajaran langsung,
dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah,
kemandirian, dan keingintahuan siswa.
- Model pembelajaran langsung sangat
bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung
menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung
membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi
positif.
- Jika materi yang disampaikan
bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung
mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup untuk memproses
dan memahami informasi yang disampaikan.
- Model pembelajaran langsung memberi
siswa cara pandang guru mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis,
yang tidak selalu dapat dipahami atau dikuasai oleh siswa. Siswa memiliki
sedikit kesempatan untuk mendebat cara pandang ini.
- Jika model pembelajaran langsung
tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah
10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
- Jika terlalu sering digunakan,
model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru akan
memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui. Hal ini akan
menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajaran mereka sendiri.
- Karena model pembelajaran langsung
melibatkan banyak komunikasi satu arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan
balik mengenai pemahaman siswa. Hal ini dapat membuat siswa tidak paham
atau salah paham.
- Demonstrasi sangat bergantung pada
keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah pengamat
yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
==========
Sumber:
Disarikan dari Depdiknas. 2009. Modul KKG/MGMP
==========
BAB IV
PEMBELAJARAN AKTIF:
MENGAKTIFKAN SISWA DALAM BELAJAR
Posted
on 3 April 2010

Beberapa
kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru
terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran
pasif ke model pembelajaran aktif.
Merujuk
pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active
Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran
aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri
dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman(experience),
meliputi kegiatan melakukan (doing) dan
pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog
dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others)

Dialog
dengan Diri (Dialogue with Self) :
Dialog
dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir
reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang
sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang
dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about
my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya
berkaitan dengan aspek kognitif semata.
Dialog
dengan orang lain (Dialogue with Others) :
Dalam
pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan
ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang
lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya
tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai
“partial dialogue“
Bentuk
lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi
mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk
melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan
cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi,
ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar
kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.
Mengamati
(Observing) :
Kegiatan
ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain
“melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang
dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Misalnya,
guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru
komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan
sebagainya,
Selain
mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk
mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan
bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya,
menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan
alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk
mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari,
misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.
Tindakan
mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung.” Pengamatan
langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara
langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa
dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan
pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi
atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak
menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di
bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah
bank.
Melakukan
(Doing):
Kegiatan
ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan
sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik),
mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki
sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen
dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati
(observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak
langsung
Terkait
dengan upaya mengimplementasikan konsep di atas, L. Dee Fink menyampaikan 3
(tiga) saran, sebagai berikut:
1.
Memperluas jenis pengalaman belajar.
§ Buatlah
kelompok-kelompok kecil siswa dan meminta mereka membuat keputusan atau
menjawab sebuah pertanyaan terfokus secara berkala.
§ Temukan
cara agar siswa dapat terlibat dalam berbagai dialog otentik dengan orang lain,
di luar teman-teman sekelasnya (di website, melalui email, atau dalam kehidupan
nyata).
§ Dorong
siswa untuk membuat jurnal pembelajaran atau portofolio belajar. Guru dapat
meminta para siswa untuk menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana
mereka belajar, apa peran pengetahuan yang dipelajarinya untuk kehidupan mereka
sendiri, bagaimana hal ini membuat mereka merasa, dan sebagainya.
§ Temukan
cara untuk membantu siswa agar dapat mengamati sesuatu yang ingin
dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
§ Temukan
cara yang memungkinkan siswa untuk benar-benar melakukan sesuatu yang
dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.
Mengambil manfaat dari “Power of Interaction.”
Dari
keempat bentuk belajar di atas, masing-masing memiliki nilai tersendiri, tetapi
apabila keempat bentuk belajar tersebut (Dialogue with Self, Dialogue with
Others, Observing, dan Doing) dikombinasikan secara tepat, maka akan dapat
memberikan efek belajar yang lebih kaya kepada para siswa.
Para
pendukung Problem-Based Learning menyarankan kepada para guru untuk
mengawalinya dengan kegiatan “Doing”, dimana guru terlebih dahulu mengajukan
berbagai masalah nyata (real problem) untuk diselesaikan oleh siswanya.
Kemudian, siswa diminta untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan
rekan-rekan sekelompoknya (Dialogue with Others) untuk menemukan cara-cara
terbaik guna memecahkan masalah nyata yang telah diajukan. Setelah para siswa
saling berkomunikasi dan berkonsultasi, selanjutnya para siswa akan melakukan
berbagai macam bentuk belajar sesuai pilihannya, termasuk didalamnya melakukan
Dialogue with Self dan Observing.
3.
Membuat dialektika antara pengalaman dan dialog.
Melalui
pengalaman (baik melalui doing dan observing) siswa memperoleh perspektif baru
tentang apa yang benar (keyakinan) dan apa yang baik (nilai). Sementara melalui
dialog dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi berbagai makna dan pemahamannya.
Untuk
menyempurnakan prinsip interaksi sebagaimana dijelaskan di atas yaitu dengan
melakukan dialektika antara kedua komponen tersebut. Dalam hal ini, secara
kreatif guru dapat mengkonfigurasi dialektika antara pengalaman baru yang kaya
dan mendalam dengan dialog yang bermakna, sehingga pada akhirnya siswa
benar-benar dapat memperoleh pengalaman belajar yang signifikan dan bermakna
Sumber:
Terjemahan
bebas dan adaptasi dari: L. Dee Fink. 1999. Active Learning
BAB V
MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Posted
on 19 Januari 2008
Contoh Strategi Dari Model Pembelajaran
Inovatif, antara lain :
A. Model
Examples Non Examples
Contoh
dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar
Langkah-langkah
:
- Guru mempersiapkan gambar-gambar
sesuai dengan tujuan pembelajaran
- Guru menempelkan gambar di papan
atau ditayangkan melalui OHP/In Focus
- Guru memberi petunjuk dan memberi
kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
- Melalui diskusi kelompok 2-3 orang
siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
- Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan hasil diskusinya
- Mulai dari komentar/hasil diskusi
siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
- Kesimpulan
B. Picture
And Picture
Langkah-langkah
:
- Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
- Menyajikan materi sebagai pengantar
- Guru menunjukkan/memperlihatkan
gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
- Guru menunjuk/memanggil siswa
secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis
- Guru menanyakan alasan/dasar
pemikiran urutan gambar tersebut
- Dari alasan/urutan gambar tersebut
guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai
- Kesimpulan/rangkuman
C.
Numbered Heads Together
Langkah-langkah
:
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
- Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya
- Kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui
jawabannya
- Guru memanggil salah satu nomor
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
- Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain
- Kesimpulan
D. Cooperative
Script
Metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah
:
- Guru membagi siswa untuk
berpasangan
- Guru membagikan wacana/materi tiap
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
- Guru dan siswa menetapkan siapa
yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar
- Pembicara membacakan ringkasannya
selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
- Bertukar peran, semula sebagai
pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti
diatas.
- Kesimpulan Siswa bersama-sama
dengan guru
- Penutup
E. Kepala
Bernomor Struktur
Langkah-langkah
:
- Siswa dibagi dalam kelompok, setiap
siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
- Penugasan diberikan kepada setiap
siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa
nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan
siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
- Jika perlu, guru bisa menyuruh
kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan
bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokkan hasil kerja sama mereka
- Laporkan hasil dan tanggapan dari
kelompok yang lain
- Kesimpulan
F. Student
Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)
Langkah-langkah
:
1. Membentuk
kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,
jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru
menyajikan pelajaran
3. Guru
memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4. Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak
boleh saling membantu
5. Memberi
evaluasi
6. Kesimpulan
G. Jigsaw
(Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)
Langkah-langkah
:
- Siswa dikelompokkan ke dalam 4
anggota tim
- Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang berbeda
- Tiap orang dalam tim diberi bagian
materi yang ditugaskan
- Anggota dari tim yang berbeda yang
telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
- Setelah selesai diskusi sebagai tim
ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman
satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
- Tiap tim ahli mempresentasikan
hasil diskusi
- Guru memberi evaluasi
- Penutup
H.
Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)
Langkah-langkah
:
- Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
- Guru membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
- Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan
masalah.
- Guru membantu siswa dalam
merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu
mereka berbagi tugas dengan temannya
- Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan
I.
Artikulasi
Langkah-langkah
:
- Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
- Guru menyajikan materi sebagaimana
biasa
- Untuk mengetahui daya serap siswa,
bentuklah kelompok berpasangan dua orang
- Suruhlan seorang dari pasangan itu
menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar
sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga
kelompok lainnya
- Suruh siswa secara
bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
- Guru mengulangi/menjelaskan kembali
materi yang sekiranya belum dipahami siswa
- Kesimpulan/penutup
Sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif
jawaban
Langkah-langkah
:
- Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai
- Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan
yang mempunyai alternatif jawaban
- Membentuk kelompok yang anggotanya
2-3 orang
- Tiap kelompok
menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
- Tiap kelompok (atau diacak kelompok
tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
- Dari data-data di papan siswa
diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang
disediakan guru
K. Make
– A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)
Langkah-langkah
:
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
- Setiap siswa mendapat satu buah
kartu
- Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang
- Setiap siswa mencari pasangan yang
mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
- Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin
- Setelah satu babak kartu dikocok
lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
- Demikian seterusnya
- Kesimpulan/penutup
L.
Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)
Langkah-langkah
:
- Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai
- Siswa diminta untuk berfikir
tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
- Siswa diminta berpasangan dengan
teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran
masing-masing
- Guru memimpin pleno kecil diskusi,
tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
- Berawal dari kegiatan
tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diuangkapkan para siswa
- Guru memberi kesimpulan
- Penutup
M.
Debat
Langkah-langkah
:
- Guru membagi 2 kelompok peserta
debat yang satu pro dan yg lainnya kontra
- Guru memberikan tugas untuk membaca
materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
- Setelah selesai membaca materi.
Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu
ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
- Sementara siswa menyampaikan
gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan
di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
- Guru menambahkan konsep/ide yang
belum terungkap
- Dari data-data di papan tersebut,
guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik
yang ingin dicapai.
Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat
BAB VI
MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF (SIKAP)
Posted
on 8 Mei 2008

Secara
konseptual maupun emprik, diyakini bahwa aspek afektif memegang peranan yang
sangat penting terhadap tingkat kesuksesan seseorang dalam bekerja maupun
kehidupan secara keseluruhan. Meski demikian, pembelajaran afektif justru lebih
banyak dilakukan dan dikembangkan di luar kurikulum formal sekolah. Salah
satunya yang sangat populer adalah model pelatihan kepemimpinan ESQ ala Ari
Ginanjar.
Pembelajaran
afektif berbeda dengan pembelajaran intelektual dan keterampilan, karena segi
afektif sangat bersifat subjektif, lebih mudah berubah, dan tidak ada materi
khusus yang harus dipelajari. Hal-hal diatas menuntut penggunaan metode
mengajar dan evaluasi hasil belajar yang berbeda dari mengajar segi kognitif
dan keterampilan. Ada beberapa model pemebelajaran afektif. Merujuk pada
pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005) akan dikemukakan beberapa model
pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan.
1.
Model Konsiderasi
Manusia
seringkali bersifat egoistis, lebih memperhatikan, mementingkan, dan sibuk dan
sibuk mengurusi dirinya sendiri. Melalui penggunaan model konsiderasi (consideration
model) siswa didorong untuk lebih peduli, lebih memperhatikan orang lain,
sehingga mereka dapat bergaul, bekerja sama, dan hidup secara harmonis dengan
orang lain.
Langkah-langkah
pembelajaran konsiderasi: (1) menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung
konsiderasi, (2) meminta siswa menganalisis situasi untuk menemukan
isyarat-isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan
kepentingan orang lain, (3) siswa menuliskan responsnya masing-masing, (4)
siswa menganalisis respons siswa lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuesi
dari tiap tindakannya, (6) meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.
2.
Model pembentukan rasional
Dalam
kehidupannya, orang berpegang pada nilai-nilai sebagai standar bagi segala
aktivitasnya. Nilai-nilai ini ada yang tersembunyi, dan ada pula yang dapat
dinyatakan secara eksplisit. Nilai juga bersifat multidimensional, ada yang
relatif dan ada yang absolut. Model pembentukan rasional (rational building
model) bertujuan mengembangkan kematangan pemikiran tentang nilai-nilai.
Langkah-langkah
pembelajaran rasional: (1) menigidentifikasi situasi
dimana ada ketidakserasian atu penyimpangan tindakan, (2) menghimpun informasi
tambahan, (3) menganalisis situasi dengan berpegang pada norma, prinsip atu
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, (4) mencari alternatif
tindakan dengan memikirkan akibat-akibatnya, (5) mengambil keputusan dengan
berpegang pada prinsip atau ketentuen-ketentuan legal dalam masyarakat.
3.
Klarifikasi nilai
Setiap
orang memiliki sejumlah nilai, baik yang jelas atau terselubung, disadari atau
tidak. Klarifikasi nilai (value clarification model) merupakan pendekatan
mengajar dengan menggunakan pertanyaan atau proses menilai (valuing process)
dan membantu siswa menguasai keterampilan menilai dalam bidang kehidupan yang
kaya nilai. Penggunaan model ini bertujuan, agar para siwa menyadari
nilai-nilai yang mereka miliki, memunculkan dan merefleksikannya, sehingga para
siswa memiliki keterampilan proses menilai.
Langkah-langkah
pembelajaran klasifikasi nilai: (1) pemilihan: para siswa mengadakan pemilihan
tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan
kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) mengharagai pemilihan: siswa menghargai
pilihannya serta memperkuat-mempertegas pilihannya, (3) berbuat: siswa
melakukan perbuatan yang berkaitan dengan pilihannya, mengulanginya pada hal
lainnya.
4.
Pengembangan moral kognitif
Perkembangan
moral manusia berlangsung melalui restrukturalisasi atau reorganisasi kognitif,
yang yang berlangsung secara berangsur melalui tahap pra-konvensi, konvensi dan
pasca konvensi. Model ini bertujuan membantu siswa mengembangkan kemampauan
mempertimbangkan nilai moral secara kognitif.
Langkah-langkah
pembelajaran moral kognitif: (1) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung
dilema moral atau pertentangan nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu
tindakan yang mengandung nilai moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/
menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari
tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi
lain.
5.
Model nondirektif
Para
siswa memiliki potensi dan kemampuan untuk berkembang sendiri. Perkembangan
pribadi yang utuh berlangsung dalam suasana permisif dan kondusif. Guru
hendaknya menghargai potensi dan kemampuan siswa dan berperan sebagai
fasilitator/konselor dalam pengembangan kepribadian siswa. Penggunaan model ini
bertujuan membantu siswa mengaktualisasikan dirinya.
Langkah-langkah
pembelajaran nondirekif: (1) menciptakan sesuatu yang permisif melalui ekspresi
bebas, (2) pengungkapan siswa mengemukakan perasaan, pemikiran dan
masalah-masalah yang dihadapinya,guru menerima dan memberikan klarifikasi, (3)
pengembangan pemahaman (insight), siswa mendiskusikan masalah, guru
memberrikan dorongan, (4) perencanaan dan penentuan keputusan, siswa
merencanakan dan menentukan keputusan, guru memberikan klarifikasi, (5)
integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan mengembangkan
kegiatan-kegiatan positif.
BAB VII
MODEL PEMBELAJARAN STAD (STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION)
22
April 2009 oleh Herdian,S.Pd., M.Pd.

Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru
mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu
metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri
lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor
pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus
kegiatan pengajaran yang teratur.
Variasi
Model STAD
Lima
komponen utama pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
a) Penyajian kelas.
b) Belajar kelompok.
c) Kuis.
d) Skor Perkembangan.
e) Penghargaan kelompok.
Berikut
ini uraian selengkapnya dari pembelajaran kooperatif tipe StudentTeams
Achievement Division (STAD).
1.
Pengajaran
Tujuan
utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan
yang direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu
dimulai dengan penyajian kelas.
Penyajian
tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari
keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
a)
Pembukaan
1) Menyampaikan pada siswa apa yang
hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu
siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata,
atau cara lain.
2) Guru dapat menyuruh siswa bekerja
dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada
pelajaran tersebut.
3) Ulangi secara singkat ketrampilan
atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b)
Pengembangan
1) Kembangkan materi pembelajaran sesuai
dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2) Pembelajaran kooperatif menekankan,
bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
3) Mengontrol pemahaman siswa sesering
mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4) Memberi penjelasan mengapa jawaban
pertanyaan tersebut benar atau salah.
5) Beralih pada konsep yang lain jika
siswa telah memahami pokok masalahnya.
c)
Latihan Terbimbing
1) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal
atas pertanyaan yang diberikan.
2) Memanggil siswa secara acak untuk
menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu
mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3) Pemberian tugas kelas tidak boleh
menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua
masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
2.
Belajar Kelompok
Selama
belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan
guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa
diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang
sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada
saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu
memberikan bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau
menjawab pertanyaan.
Selanjutnya
langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
1) Mintalah anggota kelompok memindahkan
meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
2) Berilah waktu lebih kurang 10 menit
untuk memilih nama kelompok.
3) Bagikan lembar kegiatan siswa.
4) Serahkan pada siswa untuk bekerja
sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan
yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus
mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah
satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung
jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka
lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang
lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5) Tekankan pada siswa bahwa mereka
belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat
mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar
kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi
penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman
sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka
mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum
bertanya guru.
6) Sementara siswa bekerja dalam
kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang
semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya
untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3.
Kuis
Kuis
dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja
yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan
sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan
kelompok.
4.
Penghargaan Kelompok
Langkah
pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok
dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan
kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata
nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar